Drone pertanian mampu menekan biaya operasional hingga 20%. Penghematan biaya ini diperoleh dari pengurangan penggunaan tenaga kerja dan pupuk. Ketika kita menggunakan drone, kebutuhan pupuknya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan metode konvensional.
Namun, setelah kami terjun ke bidang pertanian untuk menyelesaikan beberapa masalah di sana, ternyata kami mendapati bahwa pendapatan petani semakin hari semakin turun. Mereka terjepit dengan harga-harga bahan seperti pupuk, benih, dan lain-lain yang semakin mahal, sementara output yang dihasilkan semakin mengecil dari tahun ke tahun.
Salah satu alasan adalah karena tenaga kerja muda sudah jarang yang mau masuk ke sektor pertanian. Bahkan, petani pun sering berkata kepada anaknya untuk sekolah setinggi-tingginya agar tidak menjadi petani seperti ayah mereka. Hal ini secara tidak langsung mendoktrin agar generasi muda tidak masuk ke sektor pertanian. Padahal, jika kita menghitung pertanian sebagai sektor bisnis, itu adalah sesuatu yang menguntungkan. Apalagi di tengah potensi Indonesia sebagai negara agraris, banyak hal yang bisa kita manfaatkan.
Inilah Berbagai Manfaat Teknologi Drone Pertanian
Teknologi Drone ini membuat generasi muda tertarik masuk ke bidang pertanian, ini adalah sebuah kombinasi perusahaan yang bergerak di bidang robotik untuk memecahkan masalah yang ada di pertanian.
1. Proses Pengembangan dan Inovasi Drone Pertanian
Tentunya, proses menciptakan satu produk tidaklah mudah, apalagi ketika sebuah perusahaan membuat barang yang secara fungsionalitas menjadi sebuah produk yang bisa dipasarkan dan dinikmati oleh banyak orang. Proses pengembangan ini memang sudah cukup lama, yaitu sejak mulai sejak tahun 1987 hingga sekarang yang semakin canggih.
Mungkin bagi petani bukan teknologinya yang mereka cari, tetapi manfaat dari teknologi tersebutlah yang dicari. Dengan adanya drone, anak muda dan sektor pertanian Indonesia bisa pulih kembali.
2. Peluang Penggunaan Drone di Pertanian
Salah satu peluang terbesar dari drone adalah karena lahan di Indonesia masih sangat luas, namun tenaga kerja yang tersedia sedikit. Anak muda juga jarang yang mau masuk ke sektor pertanian. Ketika kita menggunakan drone, biaya persewaan atau tenaga kerja manusia yang dibutuhkan untuk penyemprotan manual menjadi sangat besar. Oleh karena itu, inovasi diperlukan agar biaya input semakin kecil dan hasilnya lebih cepat dan lebih baik.
Untuk produk drone pertanian, biasanya ada tiga jenis produk yang berbeda berdasarkan kapasitasnya yaitu: 5 liter, 10 liter, dan 15 liter. Teknologinya sama, hanya saja kami menyesuaikannya dengan pasar yang ada di Indonesia.
Misalnya, drone dengan kapasitas 5 liter cocok untuk pasar di Jawa, karena kebanyakan petani di sana adalah petani retail dengan lahan yang lebih kecil dibandingkan dengan yang ada di Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan drone dengan kapasitas 15 liter memang dikhususkan untuk pasar perkebunan di Sumatera yang memiliki lahan sangat luas.
Teknologi yang digunakan hampir sama, hanya berbeda pada kapasitas. Selain itu, teknologi ini bisa di sesuaikan dengan kebutuhan di lapangan, dibuat sesimpel mungkin dan mudah untuk diperbaiki serta dibersihkan.
Jangan menganggap drone sebagai teknologi yang tinggi, karena sebenarnya sangat mudah dipakai dan dioperasikan. Anggaplah drone sebagai sebuah traktor, alat yang bekerja di sawah. Jika kita menganggap drone sebagai teknologi yang tinggi, orang sudah berpikir macam-macam, "Nanti kalau jatuh bagaimana?" Padahal, drone tidak sesulit itu untuk dikuasai. Teknologi ini didesain agar mudah digunakan dan dibongkar, dengan pelatihan yang hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu.
3. Efisiensi dan Keuntungan Menggunakan Drone di Pertanian
Apa yang membuat drone ini menarik ketika kita melakukan praktik di lahan pertanian? Drone ini mampu menekan biaya operasional sebesar 25%. Biaya operasional ini diperoleh dari efisiensi tenaga kerja dan penggunaan pupuk.
Ketika kita menggunakan drone, kebutuhan pupuk menjadi jauh lebih sedikit dibandingkan metode konvensional. Hal ini karena ketika pupuk cair disemprotkan menggunakan drone, bulirannya sangat kecil dan langsung terserap ke dalam tanaman.
Berdasarkan penelitian, penggunaan pupuk cair jauh lebih efektif dibandingkan pupuk padat karena lebih mudah diserap tanaman. Berdasarkan demplot yang telah kami lakukan, penggunaan pupuk cair yang dikombinasikan dengan drone mampu meningkatkan hasil pertanian sebesar 20-30% dengan mengurangi biaya operasional hingga 25%.
4. Potensi Bisnis Sewa Drone Pertanian
Untuk bisnis sewa drone sendiri, harga di pasaran masih tergolong relatif tinggi, sekitar 300-400 ribu rupiah. rata-rata drone memiliki produktivitas satu setengah hektar sekali terbang, atau sekitar 15 menit.
Sebagai gambaran: Jika diasumsikan dapat mencakup 20 hektar dalam sehari, dengan target 200 hektar sebulan, potensi penghasilannya bisa mencapai 60 juta rupiah per bulan. Dengan harga biaya operasional, biaya pilot, dan segala macamnya, ini masih bisa mendapatkan gross profit margin sebesar 60%. Karena ini adalah jasa, potensi keuntungannya atau gross profit marginnya lebih tinggi.
Pelatihan dan Dukungan untuk Mitra
Setiap sektor perusahaan drone sudah menyediakan pelatihan intensif untuk mitra yang ingin bekerja sama. Pelatihan tersebut biasanya mencakup SDM (Sumber Daya Manusia) agar siap menjadi pilot sewa drone.
Selain itu, jika terjadi kerusakan atau masalah lainnya, biasanya perusahaan menyediakan garansi berjalan berdasarkan ketentuan mereka, dan melakukan pelatihan intensif agar SDM dapat menangani masalah tersebut.
Biasanya, perusahaan pupuk atau obat-obatan menggandeng orang-orang yang memiliki drone atau pengusaha persewaan drone untuk melakukan penyemprotan ke petani-petani mitra.
5. Layanan Purna Jual
Pada dasarnya, proses penyemprotan drone dapat menggunakan semua jenis cairan kimia, baik pupuk cair maupun pestisida. Namun, pesewa biasanya memberi rekomendasi pupuk khusus yang diformulasikan untuk drone agar hasilnya lebih baik.
Pastikan perusahhan menyediakan suku cadang yang lengkap untuk kebutuhan perawatan dan perbaikan drone. Jika ada masalah yang tidak bisa diselesaikan di lapangan yang siap mengirimkan teknisi ke lokasi jika diperlukan.
6. Harga Drone Pertanian
Total nilai investasi yang dibutuhkan untuk membeli drone pertanian kisaran harga Rp 80.000.000-160.000.000, tergantung dari unit drone dan jumlah baterainya. Ini juga disesuaikan dengan target luas lahan yang akan disemprot. Jika dihitung dari sisi nilai investasi, Break Even Point (BEP) dapat dicapai dalam 600 hingga 800 hektar penyemprotan.
Penutup
Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat transformasi besar dalam berbagai sektor, termasuk pertanian. Teknologi digital, yang dulunya hanya menjadi impian bagi banyak petani, kini mulai menjadi bagian integral dari cara mereka bekerja sehari-hari. Drone adalah salah satu teknologi yang menjadi pionir dalam revolusi pertanian ini.
Post a Comment